Memilih sebanyak 10 album terbaik dari hampir 40 album karya Iwan
Fals sesungguhnya merupakan pekerjaan yang penuh dengan pilihan buah
simalakama.Karena karya-karya Iwan Fals nyaris memiliki nilai yang
esensial.Temanya pun beragam mulai dari tema gugat,kontemplatif hingga
romansa yang memiliki gereget tak sama.Demikian pula dengan penataan
musik yang tak pernah stagnan, karena selalu ada pergeseran-pergeseran
dalam tekstur musiknya yang dikawal sedemikian banyak pemusik mumpuni
negeri ini.Namun pada akhirnya toh saya berupaya untuk memilih 10 album
yang bisa merepresentasikan atmosfer musikal Iwan Fals antara sosok
seorang penyaksi dan penggugat dari era 80an hingga 2000an.
1.Sarjana Muda ( 1981)

Piringan Hitam Sarjana Muda rilis Maret 1981 (Foto Denny Sakrie)
Setelah merilis beberapa album secara impromptu mulai dari album yang
berkolaborasi dengan sejumlah juara lawak mahasiswa seperti
Canda Dalam Nada dan
Canda Dalam Ronda serta album
Perjalanan dan
3 Bulan,
akhirnya Iwan Fals dipinang Musica Studio’s untuk sebuah album yang
jelas benang merah musiknya.Iwan tak lagi memetik gitar sendiri sembari
bernyanyi,kini didukung tatanan musik oleh Willy Sumantri disertai line
up pemusik mumpuni.Ada penggesek biola jazz Luluk Purwanto hingga
maestro Idris Sardi yang menyemaikan permainan biolanya dalam gaya
bluegrass di lagu Oemar Bakrie yang kelak menjadi lagu
signature
Iwan Fals.Di album yang bertajuk Sarjana Muda ini secara tematik Iwan
Fals tampak member porsi yang banyak pada tema kritik sosial.Dengan
lirik-lirik yang gambling dan lugas,Iwan seperti seorang jurnalis yang
memotret berbagai sisi kehidupan.Ada tutur tentang pengangguran,kaum
marginal,ketimpangan sosial hingga ode kekaguman terhadap pemimpin
bangsa yang hidup dalam kejujuran dan kesederhanaan pada lagu “
Bung Hatta”.Juga tentang pengabdian seorang guru yang kerap tersia-siakan dalam
“Oemar Bakrie”.Simak
liriknya “Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie seperti dikebiri”.Nilai
yang terjuntai sebagai paradoks adalah tema yang digurat Iwan.Walau
terkadang Iwan tetap menyusupkan idiom yang menggelitik :
Garuda bukan burung perkutut
Sang saka bukan sandang pembalut
Dan coba kau dengarkan
Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut
Yang hanya berisikan harapan
Yang hanya berisikan khayalan
2.Opini (1982)

Album Opini (1982)
Banyak yang mulai membanding-bandingkan Iwan Fals dengan sosok penyanyi gugat Amerika Bob Dylan ketika menyimak album “
Sarjana Muda” dan “
Opini”.Apalagi
cover album kedua album tersebut menyiratkan hal tersebut dengan foto
Iwan yang tengah memegang harmonika.Seperti tajuk albumnya,Iwan memang
ingin memaparkan opininya sebagai sosok seniman musik yang menyaksikan
berbagai rentetan peristiwa yang ada disekelilingnya.Iwan memintal
beragam peristiwa yang kemudian dibingkai dalam berbagai frasa tema
lagu-lagu yang dinyanyikannya.Dalam lagu “
Galang Rambu Anarki”,
Iwan bertutur tentang kelahiran anak pertamanya dalam potret kebanggaan
seorang ayah yang diberi anugerah seorang anak,tapi disuatu sisi harus
menghadapi kenyataan hidup yang susah secara ekonomi. :
maafkan kedua orangtuamu
kalau tak mampu beli susu
bbm naik tinggi
susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi
anak kami kurang gizi
Lagu-lagu Iwan lainnya di album ini seperti “
Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak lagi”,”Opiniku”,”Tak Biru Lagi Lautku” maupun “
Tarjimah dan Problemnya”
memang sangat dekat dengan problematika sosial termasuk juga isu
lingkungan.Tapi juga mendendangkan sebuah ballad bernuansa pop seperti “
Antara Kau,Aku dan Bekas Pacarmu”.
Karya-karya Iwan di album “Opini” maupun “Sarjana Muda” kelak menjadi cetak biru gaya narasi lagu-lagu Iwan Fals .
3.Wakil Rakyat (1987)

Album Wakil Rakyat
Ini adalah album dengan narasi yang sangat menohok dan kena
sasaran.Tema yang mungkin pada saat itu,zaman represif, hanya menjadi
bisik-bisik lirih dikalangan masyarakat ,oleh Iwan Fals justru tampil
lugas membahana dalam lirik lagu yang bisa disebut nyaris tanpa
kompromi.Keberanian label Musica Studio’s merilis album ini juga patut
diacung jempol.Banyak yang seperti kebakaran jenggot menyimak deretan
lirik yang ditoreh Iwan dengan judul “
Surat Buat Wakil Rakyat” :
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu ’setuju’
Sontak album Wakil Rakyat jadi pembicaraan dimana-mana.Pencekalan
lagu karya Iwan tersebut di TVRI malah membuat popularitas lagu ini kian
merebak terutama saat itu memang tengah menjelang Pemilu.
Sejak menyimak lagu ini saya semakin yakin bahwa sosok Iwan Fals
adalah penyanyi gugat Indonesia yang sesungguhnya.Dan seperti
album-album sebelumnya Iwan selalu menyusipkan sebuah balada
romansa,kali ini judulnya “
Mata Indah Bola Pingpong” dengan musik oleh Bagoes A.Ariyanto.Lagu-lagu Iwan yang berpihak ke akar rumput pun selalu ada seperti
“Libur Kecil Kaum Kusam”,”PHK” maupun “
Potret Panen Mimpi Wereng”
4.1910 (1988)

Album 1910 (1988)
Seperti halnya Bob Dylan yang memasuki era rock atau
going electric pada
album Brick It All Back Home
di tahun 1965,Iwan Fals tampaknya melakukan hal yang serupa pada album
1910 yang musiknya digarap sepenuhnya oleh Ian Antono gitaris rock dari
God Bless.Ian Antono sendiri sebetulnya pernah dilibatkan dalam
penggarapan album Iwan terdahulu yaitu “Sumbang” (1983). Namun kali ini
Ian Antono terlihat ingin membentuk aura suara Iwan Fals menjadi lebih
rock dan tegas.Saya merasakan tekstur suara Iwan Fals mulai berubah di
album ini.Ketegasan suara Iwan Fals ditunjang pula dengan arransemen
musik yang dracik Ian Antono.Album ini diberi judul 1910 berdasarkan
judul lagu karya Iwan “1910” yaitu tentang tragedi kecelakaan tabrakan
hebat dua buah kereta api di daerah Pondok Betung, Bintaro, pada tanggal
19 Oktober 1987. Namun ada 2 lagu yang mencuat sebagai hits dari album
ini yaitu “
Buku Ini Aku Pinjam” dengan gaya country rock ala The Eagles serta “
Pesawat Tempurku”.Konon, Iwan melakukan kompromi dengan pihak label untuk menulis lagu seperti “
Buku Ini Aku Pinjam”
dengan aura pop yang kuat.Toh lagu-lagu bernarasi gugat seperti “Balada
Orang-Orang Pedalaman”,”Ada Lagi Yang Mati” hingga “Mimpi Yang
Terbeli”. Iwan toh masih bernyanyi dengan geram :
Hari-hari kita berisi hasutan.
Hingga kita tak tau diri sendiri
Melihat anak kecil mencuri mainan.
Yang bergaya tak terjangkau oleh bapaknya yang maling
5.Mata Dewa (1989)

Album Mata Dewa (1989)
Maecenas Setiawan Djody tertarik dengan sepak terjang Iwan Fals
terutama saat menyimak album 1910 yang digarap Ian Antono.Setiawan Djody
lalu ikut mendukung pendanaan album yang kemudian didistribusikan
secara independen tanpa melalui campur tangan distributor kaset di Harco
Glodok yang saat itu memiliki posisi tawar yang kuat dalam bisnis
rekaman di negeri ini.Iwan Fals dipertemukan kembali dengan Ian
Antono.Takaran rocknya lebih menggelegar dibanding album 1910.Setiawan
Djody mengangsur lagu karyanya Mata Dewa, yang konon tercipta saat
berselancar di pantai Kuta Bali.Di lagu “
Mata Dewa” yang diberi
sedikit aura musik Bali itu juga menampilkan suara Setiawan Djody
disela-sela suara Iwan Fals.Tak semuanya lagu baru, Iwan menyanyikan
kembali lagu-lagunya terdahulu seperti PHK,Puing,Berkacalah Jakarta
serta Timur Tengah II yang kini diberi judul baru menjadi “Bakar”.Selain
Mata Dewa, ternyata lagu “Nona” yang bernuansa ballad menjadi hits di
radio-radio.Perubahan terbesar pada qua-vokal Iwan Fals terdengar jelas
pada lagu “
Air Mata Api” yang memuntahkan gelegak amarah Iwan
Fals dalam meniti nada-nada yang terjal.Intensitas Iwan Fals sebagai
vokalis menentukan makna yang ingin disampaikannya lewat lagu
tersebut.Kelak saat bergabung dengan Kantata Takwa dan Swami, aura suara
Iwan yang garang memberontak seperti itu menjadi kekuatan lagu-lagu
yang dinyanyikannya.
Album Mata Dewa ini oleh Setiawan Djody beserta Airo Productions
bahkan siap melakukan promosi besar-besaran dengan melakukan Konser 100
Kita di seluruh Indonesia.Namun entah kenapa dengan alasan yang tak
jelas,konser berskala mega ini kemudian tidak mendapat izin dari pihak
berwajib.Spekulasi pun merebak, ada yang menduga pembatalan konser
karena penguasa tak menyukai lagu-lagu protes Iwan Fals,ada juga yang
menduga pencekalan konser Iwan Fals ini karena persaingan
bisnis.Spekulasi hanya tinggal spekulasi.Namun album Mata Dewa bagi saya
merupakan bentuk pencapaian baru lagi dalam perjalanan musik Iwan Fals.
6.Cikal (1991)

Album Cikal (1991)
Ini adalah album Iwan Fals setelah keberhasilannya ikut mendukung
proyek kolosal Kantata Takwa dan Swami antara tahun 1990 – 1991 .Iwan
Fals menggunakan putri kedunya Cikal sebagai judul album.Musiknya
terdengar lebih dalam.Arransemennya pun terasa lebih advance.Sederet
pemusik rock dan jazz dipilih Iwan untuk mendukung albumnya kali ini.Ada
Totok Tewel (gitar),Embong Rahardjo (saxophone,flute),Gilang Ramadhan
(drums),Cok Rampal (gitar) serta Mates (bass).
Ada sedikit pergeseran dalam cara bertutur Iwan di album ini.Simak lirik “
Untuk Bram” :
Alam semesta.
Menerima perlakuan sia sia.
Diracun jalan napasnya.
Diperkosa kesuburannya
Rayat menilai.
Menerima penderitaan curang.
Digusur jalan hidupnya.
Digoda kemakmurannya.
Di album ini dengan sederet komposisi musik dan pola penulisan lirik
yang lebih sastrawi pada akhirnya menjadikan sosok Iwan seperti berada
di garis paling depan jauh meninggalkan penggemar-penggemanya.Tak
semua orang mampu mencerna lagu-lagu seperti
Intro’, ‘Untuk Yani’, ‘Cikal’, ‘Pulang Kerja’, ‘Alam Malam’, ‘Ada’, ‘Untuk Bram’, ‘Cendrawasih’, maupun ‘
Proyek 13’,Album bagus ini sayangnya kurang mendapat apresiasi bagi para penikmat musik.
7.Belum Ada Judul (1992)

Belum Ada Judul (1992)
Entah kenapa setiap menyimak album ini saya selalu tergelitik
membanding-bandingkan sosok Iwan Fals dan Bob Dylan singer/songwriter
yang disemati sebutan
protest singer.Bagi saya,di album ini Iwan
Fals tampil paripurna atas namanya sendiri.Iwan adalah singer/songwriter
yang menulis lagu sendiri sekaligus menyanyikannya.Posisi semacam ini
jelas terasa lebih personal,lebih dalam dan lebih ekspresif. Menariknya
lagi, penggarapan album “Belum Ada Judul” ini berlangsung secara live
tanpa imbuh rekayasa.Iwan memetik gitar,meniup harmonica dan
bernyanyi.Sangat bersahaja tapi memiliki banyak makna.
Simak lirik Coretan Dinding :
Sebab coretan dinding
Adalah pemberontakan kucing hitam
Yang terpojok ditiap tempat sampah, ditiap kota
Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam
Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya
Musuhnya adalah penindas
Yang menganggap remeh coretan dinding kota
Konon Iwan Fals dibayar sekitar Rp 200 juta oleh Handoko Kusuma dari
Harpa Record untuk pengerjaan album yang berisikan lagu-lagu seperti
Belum Ada Judul’, ‘Besar Dan Kecil’, ‘Iya Atau Tidak’, ‘Mereka Ada
Dijalan’, ‘Potret’, ‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’, ‘Ikrar’, ‘Aku
Disini’, ‘Mencetak Sawah’, ‘Panggilan Dari Gunung’, serta ‘Coretan
Dinding’.
Jika ingin menikmati karya Iwan Fals secara total,maka saya sarankan simaklah album ini.
8. Hijau (1992)

Album Hijau (1992)
Album ini memang agak berbeda dengan album-album Iwan Fals lainnya.Album ini digarap dengan pola
jamming dengan
menyertakan berbagai pemusik dari kecenderungan bermusik yang tak sama
mulai dari Heirrie Buchaery (bass) ,almarhum Jerry Soedianto (gitar) ,
Cok Rampal (gitar), Bagoes A.Ariyanto (keyboard), Iwang Noorsaid
(keyboard), Arie Ayunir (drums) dan Jalu (kendang).Tema musik yang
ditorehkan terasa lebih natural dengan semangat impromptu yang
kuat.Ketukan kendang Jalu misalnya seolah menulusuri rusuk-rusuk bunyi
yang keluar dari bunyi-bunyian keyboards atau dengan petikan gitar Jerry
Sudianto yang berbasis rock progresif. Dialog antar pemain lewat
instrumentasi masing-masing selanjutnya melebur dalam lirik-lirik yang
terasa lebih kontemplatif dan impresif.Terkadang kita menemukan aura
musik progresif ,ethno music hingga jazz sekalipun saat menyimak Lagu
Satu’, ‘Lagu Dua’, ‘Lagu Tiga’, ‘Lagu Empat’, ‘Lagu Lima’, ‘Lagu Enam’,
‘Hijau’.
Iwan yang sebetulnya telah mempunyai jatidiri musik yang kuat toh
ternyata masih menyimpan pelbagai kegelisahan dalam mengejawantahkan
musiknya.Ini membuktikan bahwa Iwan Fals selalu terpicu untuk mencari
dan mencari.Dan kearifan Iwan tetap termaktub dalam lirik yang
ditulisnya :
Berlomba kita dengan sang waktu.
Jenuhkah kita jawab sang waktu.
Bangkitlah kita tunggu sang waktu.
Tenanglah kita menjawab waktu
9.Orang Gila (1994)

Album Orang Gila
Almarhum Billy J Budiardjo yang selama ini kerap mendandani tata
musik sejumlah album Ebiet G Ade kali ini diminta menggarap album Iwan
bertajuk Orang Gila.Entah kenapa di album ini Iwan kembali mengubah arah
musiknya, yang jelas sangat berbeda dengan album Cikal atau Hijau yang
saat itu oleh beberapa penikmat karya Iwan Fals dianggap kurang
bersahabat.
Musik yang ditata Billy J Budiardjo ini menurut saya terlalu
plastis.Bermanis-manis dan cenderung illustrative.Meskipun tak
mengurangi estetika penulisan lagu Iwan,namun penyajian kerangka
arransemennya tak sesuai dengan karakter Iwan.Menurut saya,saat menyimak
album ini Iwan seperti mengenakan busana yang tak sesuai dengan
jatidirinya yang sesungguhnya.Sosok Iwan menjadi beda. Walaupun di album
ini kita masih merasakan aura Iwan Fals lewat lagu “
Satu Satu” atau “
Orang Gila”.
Pola penulisan lirik yang tertuang pada lagu-lagu seperti
Orang
Gila’, ‘Awang Awang’, ‘Satu Satu’, ‘Lagu Cinta’, ‘Doa Dalam Sunyi’,
‘Lingkaran Hening’, ‘Puisi Gelap’, ‘Menunggu Ditimbang Malah Muntah’ masih mutlak gaya Iwan Fals yang tak terbantahkan.
10.Suara Hati (2002)

Album Suara Hati
Munculnya album Suara Hati ini bagi saya seperti bertemu lagi dengan
sahabat lama yang terpisah oleh jarak dan waktu.Iwan kembali lagi
menggurat karya setelah sekian lama menghilang pasca berpulangnya sang
putra tercinta Galang Rambu Anarki pada tahun 1997.Kerinduan terhadap
karya-karya Iwan Fals cukup lama memendam.Kesan pertama menyimak isi
album ini secara keseluruhan adalah Iwan Fals telah berada di titik yang
lebih tenang,berfikir jernih dan menghasilkan karya-karya yang lebih
kontemplatif.Iwan banyak mengambil sisi kearifan dalam saripati
peristiwa yang terjadi sehari-hari.Mari kita simak lirik lagu “Suara
Hati” :
Kau dengarkah orang orang yang menangis?
Sebab hidupnya dipacu nafsu
Kau rasakah sakitnya orang yang terlindas?
Oleh derap sepatu pembangunan
Kau lihatkah pembantaian?
Demi kekuasaan yang secuil
Kau tahukah alam yang kesakitan?
Lalu apa yang akan kau suarakan?
Pola penulisan lirik yang lugas,garang dan menohok secara perlahan
mulai terkikis dalam lagu-lagunya.Iwan Fals lebih banyak melakukan
permenungan-permenungan , salah satunya termaktub dalam lagu “Untukmu
Negeri” :
Air mata darah telah tumpah.
Demi ambisi membangun negeri.
Kalaulah ini pengorbananTentu bukan milik segelintir orang
Belum cukupkah semua ini.
Apakah tidak berartiLihatlah wajah ibu pertiwi.
Pucat letih dan sedihnya berkarat.
Berdoa terus berdoa