Pulanglah (buat Munir Said Thalib)
September 1, 2007
Padi menguning tinggal di panen
Bening air dari gunung
Ada juga yang kekeringan karena kemarau
Semilir angin perubahan
Langit mendung kemerahan
Pulanglah kitari lembah persawahan
Selamat jalan pahlawanku
Pejuang yang dermawan
Kau pergi saat dibutuhkan saat dibutuhkan
Keberanianmu mengilhami jutaan hati
Kecerdasan dan kesederhanaanmu
Jadi impian
Pergilah pergi dengan ceria
Sebab kau tak sia sia
Tak sia sia
Tak sia sia
Pergilah kawan
Pendekar
Satu hilang seribu terbilang
Patah tumbuh hilang berganti
Terimalah sekedar kembang
Dan doa doa
Suci sejati, suci sejati
* Munir Said Thalib adalah pejuang hak asasi manusia dan demokrasi di Indonesia. Beliau telah mati dibunuh.
Bening air dari gunung
Ada juga yang kekeringan karena kemarau
Semilir angin perubahan
Langit mendung kemerahan
Pulanglah kitari lembah persawahan
Selamat jalan pahlawanku
Pejuang yang dermawan
Kau pergi saat dibutuhkan saat dibutuhkan
Keberanianmu mengilhami jutaan hati
Kecerdasan dan kesederhanaanmu
Jadi impian
Pergilah pergi dengan ceria
Sebab kau tak sia sia
Tak sia sia
Tak sia sia
Pergilah kawan
Pendekar
Satu hilang seribu terbilang
Patah tumbuh hilang berganti
Terimalah sekedar kembang
Dan doa doa
Suci sejati, suci sejati
* Munir Said Thalib adalah pejuang hak asasi manusia dan demokrasi di Indonesia. Beliau telah mati dibunuh.
Tak Pernah Terbayangkan
September 1, 2007
Tak pernah terbayangkan
Bila harus berjalan tanpa dirimu
Tak pernah terfikirkan
Bila aku bernafas tanpa nafasmu
Nafasmu
Takdir sudah pertemukan kita…
Tuk berdua dan saling menjaga
Dan tak mau aku melewati
Semua ini tanpamu
Kau hangatkan genggaman tanganku
Dan berkata akulah milikmu
Dan tak mau aku menjalani
Dunia ini tanpamu
Takdir sudah pertemukan kita
Bila harus berjalan tanpa dirimu
Tak pernah terfikirkan
Bila aku bernafas tanpa nafasmu
Nafasmu
Takdir sudah pertemukan kita…
Tuk berdua dan saling menjaga
Dan tak mau aku melewati
Semua ini tanpamu
Kau hangatkan genggaman tanganku
Dan berkata akulah milikmu
Dan tak mau aku menjalani
Dunia ini tanpamu
Takdir sudah pertemukan kita
Mabuk Cinta
September 1, 2007
Pagi ini ayamku berkokok keras sekali
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali
Melelehkan hatiku yang selama ini mati suri
Aku bahagia (Sekali lagi ku jatuh cinta)
Hari istimewa (Karena kau kembali percaya padaku)
Hari ini aku bahagia (kau kembali)
Hari ini aku bahagia (jatuh cinta lagi)
Wangi bunga hangat mentari
Semua jelas kurasakan asik sekali
Rasa benci sakit hati
Terbang menghilang jauh pergi
Aku bahagia (Denganmu lagi ku jatuh cinta)
Hari istimewa (Karena kau kembali percaya padaku)
Hari ini aku bahagia (kau kembali)
Hari ini aku bahagia (jatuh cinta lagi)
Jika aku tahu dari dulu saja
Aku tak mau khianati kamu
Jika aku tahu begini rasanya
Aku mau bahagia sampai mati
Hari ini aku bahagia (kau kembali)
Hari ini aku bahagia (jatuh cinta lagi)
Ku mabuk cinta, ku mabuk cinta
Lagi lagi mabuk, lagi lagi cinta
Bolak balik jatuh, bolak balik cinta
Ku mabuk cinta, ku mabuk cinta
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali
Melelehkan hatiku yang selama ini mati suri
Aku bahagia (Sekali lagi ku jatuh cinta)
Hari istimewa (Karena kau kembali percaya padaku)
Hari ini aku bahagia (kau kembali)
Hari ini aku bahagia (jatuh cinta lagi)
Wangi bunga hangat mentari
Semua jelas kurasakan asik sekali
Rasa benci sakit hati
Terbang menghilang jauh pergi
Aku bahagia (Denganmu lagi ku jatuh cinta)
Hari istimewa (Karena kau kembali percaya padaku)
Hari ini aku bahagia (kau kembali)
Hari ini aku bahagia (jatuh cinta lagi)
Jika aku tahu dari dulu saja
Aku tak mau khianati kamu
Jika aku tahu begini rasanya
Aku mau bahagia sampai mati
Hari ini aku bahagia (kau kembali)
Hari ini aku bahagia (jatuh cinta lagi)
Ku mabuk cinta, ku mabuk cinta
Lagi lagi mabuk, lagi lagi cinta
Bolak balik jatuh, bolak balik cinta
Ku mabuk cinta, ku mabuk cinta
KaSaCiMa
September 1, 2007
Yang aku mau kau tunggu
Janganlah terburu nafsu
Pasti kudatangi kamu
Tak mungkin kau ku kibuli
Kasihku kasih terkasih
Sayangku sayang tersayang
Cintaku cinta tercinta
Manisku manis termanis
Rinduku setengah mati
Kalbuku menggebu-gebu
Mari sini dekat padaku
Kucium kau berulang kali
Hidup ini indah
Berdua semua mudah
Yakinlah melangkah
Jangan lagi gelisah
Kalau kau tak mau menunggu
Aku tak pandai merayu
Percayalah kau padaku
Percaya ya… percayalah
Suka dan duka biasa
Cemburu jangan membuta
Senyumlah engkau kekasih
Problema jadi tak perih
Janganlah terburu nafsu
Pasti kudatangi kamu
Tak mungkin kau ku kibuli
Kasihku kasih terkasih
Sayangku sayang tersayang
Cintaku cinta tercinta
Manisku manis termanis
Rinduku setengah mati
Kalbuku menggebu-gebu
Mari sini dekat padaku
Kucium kau berulang kali
Hidup ini indah
Berdua semua mudah
Yakinlah melangkah
Jangan lagi gelisah
Kalau kau tak mau menunggu
Aku tak pandai merayu
Percayalah kau padaku
Percaya ya… percayalah
Suka dan duka biasa
Cemburu jangan membuta
Senyumlah engkau kekasih
Problema jadi tak perih
Rubah
September 1, 2007
Jaman berubah perilaku tak berubah
Orang berubah tingkah laku tak berubah
Wajah berubah kok menjadi lebih susah
Manusia berubah, berubah rubah
Kasih yang dicari yang ada komedi
Revolusi dinanti yang datang Ashari
Lembaga berdiri berselimut korupsi
Wibawa menjadi alat melindungi diri
Pendidikan adalah anak tiri yang kesepian
Agama sebagai topeng yang menjijikkan
Kemiskinan merajalela yang kaya makin rakus saja
Hukum dan kesehatan diperjual belikan
Kesaksian tergusur oleh kepentingan ngaur
Pemerintah keasyikan berpolitik (ngaur)
Partai politik sibuk menuhankan uang (ngaur)
Ada rakyat yang lapar makan daun dan arang
Televisi sibuk mencari iklan
Sementara banyak yang tnggu giliran
Rakyat dan sang jelata menatap dengan mata kosong
Dimana aku
Apa ditelan tsunami?
Orang berubah tingkah laku tak berubah
Wajah berubah kok menjadi lebih susah
Manusia berubah, berubah rubah
Kasih yang dicari yang ada komedi
Revolusi dinanti yang datang Ashari
Lembaga berdiri berselimut korupsi
Wibawa menjadi alat melindungi diri
Pendidikan adalah anak tiri yang kesepian
Agama sebagai topeng yang menjijikkan
Kemiskinan merajalela yang kaya makin rakus saja
Hukum dan kesehatan diperjual belikan
Kesaksian tergusur oleh kepentingan ngaur
Pemerintah keasyikan berpolitik (ngaur)
Partai politik sibuk menuhankan uang (ngaur)
Ada rakyat yang lapar makan daun dan arang
Televisi sibuk mencari iklan
Sementara banyak yang tnggu giliran
Rakyat dan sang jelata menatap dengan mata kosong
Dimana aku
Apa ditelan tsunami?
Panggilan Dari Gunung
Oktober 26, 2006
Panggilan dari gunung
Turun ke lembah-lembah
Kenapa nadamu murung
Langkah kaki gelisah
Matamu separuh katup
Lihat kolam seperti danau
Kau bawa persoalan
Cerita duka melulu
Di sini… menunggu
Cerita… yang lain
Di sini… menunggu
Cerita… yang lain menunggu
Berapa lama diam
Cermin katakan bangkit
Pohon-pohon terkurung
Kura-kura terbius
Turun ke lembah-lembah
Kenapa nadamu murung
Langkah kaki gelisah
Matamu separuh katup
Lihat kolam seperti danau
Kau bawa persoalan
Cerita duka melulu
Di sini… menunggu
Cerita… yang lain
Di sini… menunggu
Cerita… yang lain menunggu
Berapa lama diam
Cermin katakan bangkit
Pohon-pohon terkurung
Kura-kura terbius
Cikal
Oktober 26, 2006
Kerbau di kepalaku ada yang suci
Kerbau di kepalamu senang bekerja
Kerbau di sini teman petani
Ular di negara maju menjadi sampah nuklir
Ular di dalam buku menjadi hiasan tatoo
Ular di sini memakan tikus
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Kerbauku teman petani
Ularku memakan tikus
Kerbauku besar, kerbauku seram
Tetapi ia bukan pemalas
Hidupnya sederhana, hmm… hmm…
Sancaku besar, sancaku seram
Mengganti kulit luar sarang, makan dan bertapa
Hidupnya sederhana
Ularku ular sanca
Kerbauku kerbau petani
Ularku memakan tikus
Kerbauku teman petani
Walau kerbauku bukan harimau
Tetapi ia bisa seperti harimau
Kerbauku tetap kerbau
Kerbau petani yang senang bekerja
Sancaku melilitnya
Kerbauku tidak terganggu
Karena sancaku dan kerbau temannya petani
Lalu dimana anak-anak sang tikus
Bayi, bayi, bayi, murni dan kosong
Bayi, bayi, bayi, bayi ya bayi
Kalau kita sedang tidur dan tiba-tiba saja kita terbangun
Karena lubang hidung kita terkena kumis harimau
Mungkin kita akan lari, ya lari, tetapi bayiku tidak
Bukan karena bayiku belum bisa berlari
Aku percaya, aku percaya
Bayiku tidak akan pernah berpikir bahwa harimau itu jahat
Bayiku menarik-narik kumis dan memukul-mukul mulut harimau
Harimau malah memberikan bayiku mainan
Bayiku menjadi bayi harimau
Bayi harimau anak petani
Seperti sanca melilit kerbau
Ia ada di gorong-gorong kota
Lantas apa agamanya?
REF 1:
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku murni dan kosong
Ia ada di gorong-gorong kota
REF 2:
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku bayi harimau
Ia ada di gorong-gorong kota
Bayi, bayi, bayi, murni dan kosong
Bayi, bayi, bayi, bayi harimau
Bayi, bayi, bayi, yang berkalung sanca
Bayi, bayi, bayi, yang disusui kerbau
Kerbau di kepalamu senang bekerja
Kerbau di sini teman petani
Ular di negara maju menjadi sampah nuklir
Ular di dalam buku menjadi hiasan tatoo
Ular di sini memakan tikus
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Kerbauku teman petani
Ularku memakan tikus
Kerbauku besar, kerbauku seram
Tetapi ia bukan pemalas
Hidupnya sederhana, hmm… hmm…
Sancaku besar, sancaku seram
Mengganti kulit luar sarang, makan dan bertapa
Hidupnya sederhana
Ularku ular sanca
Kerbauku kerbau petani
Ularku memakan tikus
Kerbauku teman petani
Walau kerbauku bukan harimau
Tetapi ia bisa seperti harimau
Kerbauku tetap kerbau
Kerbau petani yang senang bekerja
Sancaku melilitnya
Kerbauku tidak terganggu
Karena sancaku dan kerbau temannya petani
Lalu dimana anak-anak sang tikus
Bayi, bayi, bayi, murni dan kosong
Bayi, bayi, bayi, bayi ya bayi
Kalau kita sedang tidur dan tiba-tiba saja kita terbangun
Karena lubang hidung kita terkena kumis harimau
Mungkin kita akan lari, ya lari, tetapi bayiku tidak
Bukan karena bayiku belum bisa berlari
Aku percaya, aku percaya
Bayiku tidak akan pernah berpikir bahwa harimau itu jahat
Bayiku menarik-narik kumis dan memukul-mukul mulut harimau
Harimau malah memberikan bayiku mainan
Bayiku menjadi bayi harimau
Bayi harimau anak petani
Seperti sanca melilit kerbau
Ia ada di gorong-gorong kota
Lantas apa agamanya?
REF 1:
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku murni dan kosong
Ia ada di gorong-gorong kota
REF 2:
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku bayi harimau
Ia ada di gorong-gorong kota
Bayi, bayi, bayi, murni dan kosong
Bayi, bayi, bayi, bayi harimau
Bayi, bayi, bayi, yang berkalung sanca
Bayi, bayi, bayi, yang disusui kerbau
Kupaksa Untuk Melangkah
Oktober 26, 2006
Kulangkahkan kakiku yang rapuh
Tinggalkan sepi kota asalku
Saat pagi buta
Sandang gitar usang
Ku coba menantang
Keras kehidupan
Datangi rumah rumah tak jemu
Petik tali tali senar gitarku
Dari tenda ke tenda
Warung yang terbuka
Lantang nyanyikan lagu
Oh memang kerjaku
Tak pasti jalur jalan hidup
Ku tunggu putaran roda nasib
Ku coba paksakan untuk melangkah
Sementara
Kerikil kerikil tajam menghadang
Langkahku
Tinggalkan sepi kota asalku
Saat pagi buta
Sandang gitar usang
Ku coba menantang
Keras kehidupan
Datangi rumah rumah tak jemu
Petik tali tali senar gitarku
Dari tenda ke tenda
Warung yang terbuka
Lantang nyanyikan lagu
Oh memang kerjaku
Tak pasti jalur jalan hidup
Ku tunggu putaran roda nasib
Ku coba paksakan untuk melangkah
Sementara
Kerikil kerikil tajam menghadang
Langkahku
Berputar Putar
Oktober 26, 2006
Berputar dan berputar
Tak berawal
Tak berakhir
Berputar lagi berputar
Tak berawal
Tak berakhir
Berputar terus berputar
Tak berawal
Tak berakhir
Tak berawal
Tak berakhir
Berputar lagi berputar
Tak berawal
Tak berakhir
Berputar terus berputar
Tak berawal
Tak berakhir
Damai Kami Sepanjang Hari
Oktober 26, 2006
Hangat mentari pagi ini
Antar ku pulang dari bermimpi
Ramah tersenyum matahari
Inginkan aku tuk bernyanyi
Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami
Perlahan kau bangunkan aku
Antarkan segelas kopi ( kopi susu )
Dengar canda adik adikmu
Inginkan aku segera bersatu
Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami
Semoga akan tetap abadi
Pagi ini
Pagi esok
Esok hari
Hari nanti
Semoga tak kan pernah berhenti
Canda hari ( pagi )
Canda pagi ( hari )
Damai kami sepanjang hari
Antar ku pulang dari bermimpi
Ramah tersenyum matahari
Inginkan aku tuk bernyanyi
Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami
Perlahan kau bangunkan aku
Antarkan segelas kopi ( kopi susu )
Dengar canda adik adikmu
Inginkan aku segera bersatu
Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami
Semoga akan tetap abadi
Pagi ini
Pagi esok
Esok hari
Hari nanti
Semoga tak kan pernah berhenti
Canda hari ( pagi )
Canda pagi ( hari )
Damai kami sepanjang hari
Proyek 13
Oktober 26, 2006
Meskipun kurang paham tentang radiasi
Meskipun kurang paham tentang uranium
Meskipun kurang paham tentang plutonium
Ku tahu radioaktif panjang usia
Aku tak tahu sampahnya ada dimana
Aku tak tahu pula cara menyimpannya
Aku tak yakin tentang pengamanannya
Karena kebocoran pun ada disana
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Aku menolak akal yang tanpa hati
Aku menolak teknologi tanpa kendali
Aku tak mau mengijonkan masa depan
Demi listrik sedikit banyak keruwetan
Sama sekali ku tak anti teknologi
Tapi aku lebih percaya pada hati
Aku tahu listrik penting buat industri
Tapi industri jangan ancam masa depan
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Daripada susah payah beli reaktor
Daripada pusing karena sampah nuklir
Daripada malu kepada anak cucu
Aku bergerak menyanyikan kehidupan
Informasi tentang ini harus diberikan
Bahaya dunia maju harus disingkirkan
Rasa gengsi tak perlu diteruskan
Pembangunan PLTN harap hentikan
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Apa yang akan terjadi nanti
Untuk listrik banyak memerlukan sumber energi
Pilihanmu pun tentu jadi dicurigai
Sebab di negeri maju reaktor ditutupi
Bukan alasan agar republik ini beli
Aku lebih suka tenaga matahari
Aku lebih suka tenaga panas bumi
Aku lebih suka dengan tenaga angin
Aku lebih suka tenaga arus laut
Meskipun kurang paham tentang uranium
Meskipun kurang paham tentang plutonium
Ku tahu radioaktif panjang usia
Aku tak tahu sampahnya ada dimana
Aku tak tahu pula cara menyimpannya
Aku tak yakin tentang pengamanannya
Karena kebocoran pun ada disana
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Aku menolak akal yang tanpa hati
Aku menolak teknologi tanpa kendali
Aku tak mau mengijonkan masa depan
Demi listrik sedikit banyak keruwetan
Sama sekali ku tak anti teknologi
Tapi aku lebih percaya pada hati
Aku tahu listrik penting buat industri
Tapi industri jangan ancam masa depan
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Daripada susah payah beli reaktor
Daripada pusing karena sampah nuklir
Daripada malu kepada anak cucu
Aku bergerak menyanyikan kehidupan
Informasi tentang ini harus diberikan
Bahaya dunia maju harus disingkirkan
Rasa gengsi tak perlu diteruskan
Pembangunan PLTN harap hentikan
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Apa yang akan terjadi nanti
Untuk listrik banyak memerlukan sumber energi
Pilihanmu pun tentu jadi dicurigai
Sebab di negeri maju reaktor ditutupi
Bukan alasan agar republik ini beli
Aku lebih suka tenaga matahari
Aku lebih suka tenaga panas bumi
Aku lebih suka dengan tenaga angin
Aku lebih suka tenaga arus laut
2 Menit 10 Detik
Oktober 26, 2006
Yang menangis di ketiakku
Engkaukah itu perempuanku?
Diamlah diamlah
Berhentilah berhentilah
Sebentar
Yang tertawa di nganga luka
Engkaukah itu betinaku?
Puaskah hatimu?
Teruslah tertawa
Hingar
Engkaukah itu perempuanku?
Diamlah diamlah
Berhentilah berhentilah
Sebentar
Yang tertawa di nganga luka
Engkaukah itu betinaku?
Puaskah hatimu?
Teruslah tertawa
Hingar
Ambisi
Oktober 26, 2006
Langkahmu pelan tertatih
Dengan denyut nadi nyaris terhenti
Namun jangan padam ambisi
Rambutmu kusut tak rapi
Melekat di tubuh sejuta daki
Namun jangan padam ambisi
Namun jangan padam ambisi
Tak berkaki
Coba untuk berlari
Tak berjari
Cengkeram berulang kali
Keinginan dihati
Sinar terang lampu merkuri
Pasti akan engkau dapati
Tentu berbekal ambisi
Tentu berbekal ambisi
Tak bermata
Pandang dunia dengan jiwa
Tak bertelinga
Jangan cepat kecewa
Tak berkaki
Coba untuk berlari
Tak berjari
Cengkeram berulang kali
Keinginan dihati
Dengan denyut nadi nyaris terhenti
Namun jangan padam ambisi
Rambutmu kusut tak rapi
Melekat di tubuh sejuta daki
Namun jangan padam ambisi
Namun jangan padam ambisi
Tak berkaki
Coba untuk berlari
Tak berjari
Cengkeram berulang kali
Keinginan dihati
Sinar terang lampu merkuri
Pasti akan engkau dapati
Tentu berbekal ambisi
Tentu berbekal ambisi
Tak bermata
Pandang dunia dengan jiwa
Tak bertelinga
Jangan cepat kecewa
Tak berkaki
Coba untuk berlari
Tak berjari
Cengkeram berulang kali
Keinginan dihati
Guru Zirah
Oktober 26, 2006
Dia cantiknya guru muda kelasku
Zirah namamu asli cangkokan Jawa
Busana biasa saja
Ramping kau punya pinggang
Tahi lalatmu genit nangkring di jidat
Goda batinku kilikitik imanku
Pantatmu aduhai
Bagai salak raksasa
Merah bibirmu bukan polesan pabrik
Mulus kulitmu tak perlu lagi ke salon
Betismu bukan main
Indah bak padi bunting
Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah bodi montok
Baru melihat kaki ibu melangkah
Hati didalam dag dig dug mirip beduk
Apalagi he he he
Tak kan kuat ku berdiri
Zirah guruku ibu manis bak permen
Berilah les privat agar otakku paten
Hadiahku tas plastik
Boleh pesan di butik
Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah VeWe Kodok
Kalau setuju kita bolos sehari
Bohong sedikit mungkin Tuhan tak marah
Asmara tak bedakan
Aku murid kau guru
Kebun binatang lokasi yang ideal
Murah meriah ongkos buat pacaran
Ku tahu gaji ibu
Hanya cukup untuk beli tahu
Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah VeWe Kodok
Zirah namamu asli cangkokan Jawa
Busana biasa saja
Ramping kau punya pinggang
Tahi lalatmu genit nangkring di jidat
Goda batinku kilikitik imanku
Pantatmu aduhai
Bagai salak raksasa
Merah bibirmu bukan polesan pabrik
Mulus kulitmu tak perlu lagi ke salon
Betismu bukan main
Indah bak padi bunting
Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah bodi montok
Baru melihat kaki ibu melangkah
Hati didalam dag dig dug mirip beduk
Apalagi he he he
Tak kan kuat ku berdiri
Zirah guruku ibu manis bak permen
Berilah les privat agar otakku paten
Hadiahku tas plastik
Boleh pesan di butik
Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah VeWe Kodok
Kalau setuju kita bolos sehari
Bohong sedikit mungkin Tuhan tak marah
Asmara tak bedakan
Aku murid kau guru
Kebun binatang lokasi yang ideal
Murah meriah ongkos buat pacaran
Ku tahu gaji ibu
Hanya cukup untuk beli tahu
Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah VeWe Kodok
Tante Lisa
Oktober 26, 2006
Dirumah megah ada seorang nyonya
Ramping bodinya
Lagaknya centil dan tak mau kalah
Dengan gadis remaja
Melirik matanya
Bila melihat pemuda
Yang gagak perkasa
Apalagi dia orang kaya
Hei tante Lisa
Wajahmu kini semakin mempesona
Hei tante Lisa
Setahun sudah kau jadi janda
Perceraian terjadi
Gara gara sang suami
Tak tahan melihat
Tante Lisa bercumbu dengan tetangga
Hei tante Lisa
Wajahmu kini semakin mempesona
Hei tante Lisa
Setahun sudah kau jadi janda
Hei tante Lisa
Banyak tuan tuan berkencan bersamamu
Hei tante Lisa
Lihat usiamu yang semakin tua
Ramping bodinya
Lagaknya centil dan tak mau kalah
Dengan gadis remaja
Melirik matanya
Bila melihat pemuda
Yang gagak perkasa
Apalagi dia orang kaya
Hei tante Lisa
Wajahmu kini semakin mempesona
Hei tante Lisa
Setahun sudah kau jadi janda
Perceraian terjadi
Gara gara sang suami
Tak tahan melihat
Tante Lisa bercumbu dengan tetangga
Hei tante Lisa
Wajahmu kini semakin mempesona
Hei tante Lisa
Setahun sudah kau jadi janda
Hei tante Lisa
Banyak tuan tuan berkencan bersamamu
Hei tante Lisa
Lihat usiamu yang semakin tua
Emak
Oktober 26, 2006
Tanpa engkau Sedikitpun tiada artinya aku
Bagiku kau api Yang berikan hangat begitu kuat
Pada beku nadi
Tiada dua
Engkau hadirkan cinta tak berahir
Tak kan pernah mampu
Kulukis putihmu lewat lagu
Maafkanlah aku
Bagai bening mata air
Memancar tak henti
Mungkin masihlah teramat kurang
Bagai sinar matahari Yang tak kenal bosan
Berikan terangnya pada kita Kaulah segalanya
Hanya ini Yang sanggup kutulis untukmu bunda
Jangan tertawakan
Simpan dalam hatimu yang sejuk
Rimbun akan doa
Kau berikan semuanya
Yang bisa kau beri
Tanpa setitikpun harap balas
Kau kisahkan segalanya
Tanpa ada duka
Walaupun air matamu tumpah
Tenggelamkan dunia
Bagai sinar matahari
Yang tak kenal bosan
Berikan terangnya pada jiwa
Kau berikan semuanya Yang bisa kau beri
Tanpa setitikpun harap balas Agungnya engkau
Bagai luas laut biru
Batinmu untukku
Selalu ada tempat tuk resahku
Bagai bening mata air Memancar tak henti
Sirami jiwaku waktu kecewa
Datang menggoda
Bagiku kau api Yang berikan hangat begitu kuat
Pada beku nadi
Tiada dua
Engkau hadirkan cinta tak berahir
Tak kan pernah mampu
Kulukis putihmu lewat lagu
Maafkanlah aku
Bagai bening mata air
Memancar tak henti
Mungkin masihlah teramat kurang
Bagai sinar matahari Yang tak kenal bosan
Berikan terangnya pada kita Kaulah segalanya
Hanya ini Yang sanggup kutulis untukmu bunda
Jangan tertawakan
Simpan dalam hatimu yang sejuk
Rimbun akan doa
Kau berikan semuanya
Yang bisa kau beri
Tanpa setitikpun harap balas
Kau kisahkan segalanya
Tanpa ada duka
Walaupun air matamu tumpah
Tenggelamkan dunia
Bagai sinar matahari
Yang tak kenal bosan
Berikan terangnya pada jiwa
Kau berikan semuanya Yang bisa kau beri
Tanpa setitikpun harap balas Agungnya engkau
Bagai luas laut biru
Batinmu untukku
Selalu ada tempat tuk resahku
Bagai bening mata air Memancar tak henti
Sirami jiwaku waktu kecewa
Datang menggoda
Krisis Pemuda
Oktober 26, 2006
Bermacam macam tuduhan
Yang menimpa pemuda
Bermacam macam sindiran
Menyelimuti hidup pemuda
Tak ada yang mau mengerti
Akan segala kemampuannya
Dan tak ada yang mau peduli
Mengapa sampai jadi korban
Kelinci kelinci percobaan
Semua sibuk dengan kekayaan
Semua sibuk dengan alasan
Seakan melepas kasih sayangnya
Dimana kusumbangkan tenaga
Demi laju bangun negara
Tapi tak sempat ku berbicara
Lowongan kerja tak kudapatkan
Sistim koneksi
Sistim famili
Merajalela di setiap instansi
Sistim koneksi
Sistim famili
Merajalela di setiap instansi
Oh oh oh oh
Krisis pemuda
Melanda negeri tercinta (Indonesia)
Oh oh oh oh
Krisis pemuda
Melanda negeri tercinta (Indonesia)
Yang menimpa pemuda
Bermacam macam sindiran
Menyelimuti hidup pemuda
Tak ada yang mau mengerti
Akan segala kemampuannya
Dan tak ada yang mau peduli
Mengapa sampai jadi korban
Kelinci kelinci percobaan
Semua sibuk dengan kekayaan
Semua sibuk dengan alasan
Seakan melepas kasih sayangnya
Dimana kusumbangkan tenaga
Demi laju bangun negara
Tapi tak sempat ku berbicara
Lowongan kerja tak kudapatkan
Sistim koneksi
Sistim famili
Merajalela di setiap instansi
Sistim koneksi
Sistim famili
Merajalela di setiap instansi
Oh oh oh oh
Krisis pemuda
Melanda negeri tercinta (Indonesia)
Oh oh oh oh
Krisis pemuda
Melanda negeri tercinta (Indonesia)
Kota
Oktober 26, 2006Kota adalah rimba belantara buas dari yang terbuas
Setiap jengkal lorong terpecik darah
Darah dari iri darah dari benci
Bahkan darah dari sesuatu yang tak pasti
Kota adalah rimba belantara liar dari yang terliar
Setiap detik taring taring tajam menancap
Setiap menit lidah lidah liar
Rakus menjulur lapar
Tangis bayi adalah
Lolong serigala dibawah bulan
Lengking tinggi merobek
Batu batu tebing keras dan kejam
Bernapas diantara sikut
Licik dan garang
Bergerak diantara ganasnya
Selaksa gerah
Kota adalah hutan belantara akal
Kuat dan berakar
Menjurai didepan mata
Siap menjerat leher kita
Tangis bayi adalah
Lolong serigala dibawah bulan
Lengking tinggi merobek
Batu batu tebing keras dan kejam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar